Translate/Terjemah

Minggu, 03 Agustus 2014

Sukses itu Beraneka Cara, maka Temukanlah Caramu!

Sukses itu Beraneka Cara, maka Temukanlah Caramu! Tahun 1995 ada sorang Office Boy di kantor saya namanya Udin. Dia direkrut melalui program outsourching, anaknya rajin sekali. Jam kerjanya mulai jam 6:30 sampai jam 18:00, tapi dia selalu datang lebih awal dan pulang paling ahir, bahkan sering nemenin saya kalau lagi lembur sampai tengah malam…. Anaknya sangat menyenangkan, dia selalu datang lebih awal, agar tugas2 utamanya bisa dia selesaikan lebih awal, sehingga ia bisa menawarkan jasanya kepada karyawan2 untuk membelikan sarapan pagi. Tanpa diminta pasti dia dengan sukarela menawarkan diri…. Dia menjadi OB yg paling menyenangkan di kantor… Suatu saat kami tidak melihatnya dalam beberapa hari, dan kami melihat ada orang lain yang menggantikannya… Ketika ditelusuri, ternyata Udin ini ditarik oleh perusahaan outsourching nya dan di tempatkan ke perusahaan lain. Tanpa di komando semua karyawan setuju mengajukan usulan agar Udin ini bisa diterima kerja di perusahaan kami sebagai teknisi (backgroundnya STM). Dan ternyata manajemenpun setuju, sampai ahirnya Udin ini jadi karyawan teknisi, dan kebiasaanya untuk datang lebih awal, pulang paling ahir masih dia lakukan, kalau malam sering sekali dia bantu saya untuk sekedar data entry dsb…. Tahu nggak sekarang dia seperti apa? Dia sudah jadi seorang manager setingkat Kepala Divisi dan bekerja di sebuah perusahan Building Otomation System besar di Indonesia… Banyak orang menganggap cerita Udin itu kejadian langka, salah besar, dalam hidup saya, mungkin lebih dari 100 orang saya menemukan kisah2 nyata seperti itu. Saya juga Merintis dari bawah Sahabat sy Dicky Firdaus, sekarang ini menjadi Marketing Manager disalah satu Perusahaan besar di Indonesia, ia mengawali karirnya dari seorang Tukang Parkir, temen sekantor dulu. Mas Mono yang terkenal dgn Ayam Bakarnya itu dulu juga seorang Office Boy…. Saya, jangan pikir sy tuh lulus dari Bina Nusantara, kagak. Orang tua saya tidak mampu membiayai kuliah saya, sampai ahirnya saya harus putus kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan Tambak besar di Lampung tahun 1989. Lalu tahun 1990 baru pindah kerja ke sebuah perusahaan di Jakarta, dan tetep masih pake Ijazah SMA… Satu prinsip saya kalau bekerja (mau masih karyawan maupun dah jadi pengangguran), lakukan semuanya tanpa keluhan sama sekali…. Hal yang paling tidak pernah saya lakukan adalah, ngomel soal gaji, ngomel soal promosi, ngomel soal kerjaan…. Kalau ada satu tawaran tugas, saya selalu ngacung duluan, masalah apakah saya mampu atau tidak itu urusan belakangan, ngacung dulu, coba kerjakan dgn baik… Tidak selalu berhasil, tapi minimal saya dah dapet poin sebagai orang yg berani ambil tanggung jawab….. Mau ditugaskan dimana dan sebagai apa saja saya mau, dan yg paling pantang buat saya adalah menganggap diri saya layak dengan gaji lebih besar… Kenapa? Klo memang skill saya layak untuk di hargai lebih dari yang sy peroleh, maka saya akan cari perusahaan lain, bukan menuntut perusahaan saya untuk menaikkan gaji saya… Makanya sy pernah mencapai puncak jabatan karir sebagai manager temuda, tercepat dan terendah pendidikannya (tetep pake ijazah SMA). Kenapa? karena saya buat management tidak punya pilihan selain menaikkan terus karir saya…. Sebab kalau nggak dinaikan, akan ada perusahaan yang bajak saya. Sampe ahirnya jabatan karir itu mentok (direksi itu bukan lagi jabatan karir tapi jabatan politis). Tahun 2002 gaji saya di atas 18jt/bulan, koq mau keluar kerja memulai sesuatu yang sama sekali baru? Simpel koq, kalau saya tetep sebagai karyawan mungkin nggak saya sukses? Sangat mungkin, karir saya bagus koq… Tapi mungkin nggak saya gagal dari karir? Sangat mungkin juga…. Lalu kalau saya merintis jadi pengusaha, mungkin nggak saya sukses jadi pengusaha? Sangat mungkin, kalau gagal jadi pengusaha? Mungkin juga… Lha buat apa mikir panjang2 orang resiko antara jadi karyawan dan jadi pengusaha sama koq…. Makanya waktu mo keluar kerja itu, merenungnya cuma semalem. Nggak mikir panjang2…. Tunggu tabungan banyak dulu baru keluar kerja…. Ah itu sih alesan yang dibuat2, kalau Tuhan menginginkan kita untuk mulai dari NOL, mo sebesar apapun tabungan itu, tetep aja mulai lagi dari NOL. Saya juga dulu mikirnya gitu, keluar kerja karena klo di itung2 bakalan dapet pesanggon gede, lumayan buat modal… Begitu keluar kerja dapet pesanggon 400jt, abis tuh dalam waktu kurang dari 2 tahun dan nggak jadi apa2… Tapi sisa duit 10jt tahun 2004 malah bisa punya bisnis Cuci Mobil di BSD… Itulah hidup, bukan matematika… Tuhan tahu persis bagaimana cara, jalan tebaik, tercepat, termuah dan teraman bagi kitam dan masing2 akan berbeda langkahnya…. Satu hal yang sangat penting ketika saya memutuskan keluar kerja adalah, karena saya pengen menyalurkan hobby jalan2 saya, mengunjungi berbagai tempat di seluruh dunia ini sebelum saya mati…. Itu saja, simpel koq…(Rully Kustandar/Founder Kebun Emas). Disadur secara utuh dari kampungwirausaha.com Komentar Penulis/Penyadur: Kisah diatas mengajarkan kepada kita bahwa sukses itu diraih dengan ketekunan, merintis dari bawah, tidak ujug-ujung (langsung) sukses, tetapi setapak-demi setapak. Kata pepatah berakit-rakit ke hulu berenang ketepian, bersakit-sakit (susah) dahulu bersenang-senang kemudian. Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. Maka, kita hendaknya dari awal mau bersusah payah berupaya mencapai sukses itu, harus tekun, telaten, pantang menyerah. Bersekolah dengan sungguh-sungguh, merasa rugi bila tidak masuk sekolah, mengerjakan semua tugas yang diberikan adalah contoh berakit-rakit ke hulu. Percayalah usai SMK jalan menuju sukses itu terbentang luas. Tinggal kau pilih mana jalanmu! Selamat belajar di SMK MINQU Gumukmas, raih ilmu sebanyak-banyaknya dan gapailah mimpimu. Semoga sukses. (mwr)